Saturday, March 16, 2019

Motif Batik Jogjakarta beserta makna dan filosofinya

Motif Batik Jogjakarta beserta makna dan filosofinya


Motif Batik Tradisional sudah dikenal sejak jaman dahulu kala di tanah Jawa sebagai kekayaan seni budaya yang tiada ternilai harganya. Sejarah perkembangan batik di Jawa erat kaitannya dengan perkembangan motif batik di Jawa Tengah. Seni batik Yogyakarta adalah bagian dari sejarah perkembangan batik di Jawa Tengah yang telah berpadu dengan aneka ragam corak atau motif dari daerah lain.

Perjalanan sejarah Batik Yogya erat kaitannya dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Ketika Kerajaan Mataram terbelah menjadi dua, dan berdirilah kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, busana kerajaan Mataram dibawa dari Surakarta atau Solo ke Ngayogyakarta, maka Sri Susuhunan Pakubuwana II membuat rancangan busana baru dan busana adat kraton Surakarta berbeda dengan busana adat Yogya. Perjanjian ini terjadi di desa Giyanti, yang hasilnya antara lain wilayah Mataram dibagi dua, yaitu wilayah Surakarta Hadiningrat dibawah kekuasaan Sri Paduka Susuhunan Pakubuwana II, dan wilayah Ngayogyakarta Hadiningrat dibawah kekuasaan Kanjeng Pangeran Mangkubumi yang bergelar Ngersa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senopati ing Ngalaga Ngabdul Rachman Sayyidin Panatagama Kalifatullah ingkang jumeneng kaping I.

Semua benda kraton dibagi dua, busana Mataraman di bawa ke Ngayoyakarta Hadiningrat, karena Kanjeng Pangeran Mangkubumi ingin melestarikannya. Karena itu Surakarta Hadiningrat yang dibawah kekuasaan Sri Paduka Pakubuwana III merancang busana baru yang menjadi busana adat kraton Surakarta sebagaimana yang masih bisa kita lihat hingga saat ini.

Ciri khas motif batik Yogyakarta : ada dua macam warna dasar kain, yaitu putih dan hitam, biru tua kehitaman dan coklat soga. Pinggiran kain putih, diupayakan tidak pecah hingga kemasukan soga, baik kain berwarna dasar putih atau hitam. Secara garis besar ada 3 sifat motifnya,
  • Geometris  : garis miring / lereng atau lerek, garis silang atau kawung dan ceplok, anyaman dan limaran.
  • Non Geometris : semen (lunglungan dan boketan).
  • Simbolis : erat kaitannya dengan filosofi Hindu-Jawa, diantaranya "Sawat" melambangkan kekuasaan yang tinggi atau mahkota; "Meru" melambangkan gunung atau bumi; "Naga" melambangkan air; "Burung" melambangkan dunia atas atau angin; "Lidah api" melambangkan semangat yang menyala.

Setiap Sultan yang bertahta berhak membuat peraturan tentang tata busana. Terakhir Sri Paduka Sultan Hamengku Buwana VIII membuat peraturan tata busana baru yang berjudul "Pranatan dalem bab namanipun pengagem keprabon ing Nagari Ngayogyakartga Hadiningrat" yang dimuat dalam Rijksblad van Djojakarta No. 19, tahun 1927. Yang dimaksud Pangagem Keprabon atau busana keprabon ialah : bebet prajuritan, bebet nyamping (kain panjang), celana serta glisire (celana cindhe, sutra, beludru, katun dan gelisirnya), songsong atau payung. Motif Batik yang dipakai : Parang rusak (parang rusak barong dan parang rusak gendreh)

Semua putra dalem diijinkan memakai motif batik tersebut di atas. Motif batik untuk Permaisuri diijinkan sama dengan raja. Garwa ampeyan dalem diperbolehkan mengenakan motif parang rusak gendreh ke bawah. Garwa Padmi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati sama dengan suaminya. Garwa Ampeyan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati diijinkan mengenakan motif parang rusak gendreh ke bawah. Demikian pula dengan putra Kanjeng Gusti Pangeran Adipati. Istri para Pangeran Putra, Pangeran Putra Raja yang terdahulu/"Pangeran Putra Sentaning Panjenengan Dalem Nata" sama dengan suaminya. "Garwa Ampeyan" para Pangeran diijinkan memakai motif "parang rusak gendreh" ke bawah. Wayah dalem atau cucu raja diperbolehkan memakai motif parang rusak gendreh ke bawah. Pun demikian untuk Buyut dalem atau cicit raja dan canggah dalem (putranya cicit raja). Wareng dalem (Putranya canggah raja) ke bawah diijinkan memakai motif batik parang-parangan dan harus selang-seling, tidak boeh keseluruhan.
Patih dalem (Patih Raja) diperbolehkan mengenakan motif "parang rusak barong" ke bawah. Abdi dalem : Wedana Ageng Prajurit, Pengulu Hakim dan Bupati Nayaka nJawi lan Lebet diperbolehkan meemakai motif parang rusak gendreh ke bawah. Bupati Patih Kadipaten dan Bupati Polisi mengenakan motif sama dengan Abdi Dalem di atas. Bupati Anom, Riya Bupati Anom, Penghulu Landrad, Keparak para Gusti (Nyai Riya) mengenakan motif parang gendreh ke bawah.

Berkembangnya teknologi batik hingga menjadi sebuah trend fashion pada segala kalangan usia hingga beragam latar belakang sosial ekonomi dan profesi, semakin meluasnya motif batik moderen. Trend motif batik semakin bebas desainnya mengikuti selera konsumen, Motif Batik Yogya banyak menginspirasi terciptanya pembauran antar motif batik di nusantara ini yang memperkaya motif batik dan semakin menambah nilai eksotik yang mengagumkan.

Berikut kami sajikan aneka ragam motif Batik Jogjakarta yang populer beserta makna filosofinya :

Motif Sekar Jagad
Sekar berarti bunga, jagad berarti dunia. Motif sekar jagad bermakna keanekaragaman bunga di seluruh penjuru dunia yang sangat indah. Motif ini digunakan orang tua mempelai pengantin pada resepsi atau upacara pernikahan agar hatinya berbunga-bunga riang gembira




Motif Semen Gurdo
Motif ini digunakan sebagai busana pesta dan busana daerah dengan makna filosofis agar si pemakai memperoleh berkah dan nampak berwibawa



Motif Semen Gurdo
Motif ini digunakan sebagai busana pesta dan busana daerah dengan makna filosofis agar si pemakai memperoleh berkah dan nampak berwibawa



Motif Sido Asih
Motif ini termasuk motif bebas, bukan motif untuk acara-acara khusus. Makna filosofisnya  agar si pemakai disenangi banyak orang





Motif Truntum Srikuncoro
Sebagai busana adat oleh orang tua pengantin saat temu mempelai pengantin. Makna filosofisnya "Truntum" artinya menuntun, sebagai orang tua wajib untuk menuntun kedua mempelai agar teguh dan mencapai kesejahteraan dalam mengarungi hidup baru yang penuh liku-liku.





Itulah penjelasan secara global tentang motif batik Jogjakarta beserta makna filosofinya. Semoga pembahasan singkat ini berguna bagi pembaca semua untuk semakin mencintai kebudayaan kita yang adiluhung dan kaya makna ini. Silakan menikmati pembahasan kami tentang batik yang lainnya, Terimakasih atas kehadiran Anda.




No comments:

Post a Comment

wa