Showing posts with label filosofi blangkon. Show all posts
Showing posts with label filosofi blangkon. Show all posts

Tuesday, March 12, 2019

Busana Adat Jawa Dan Maknannya

Surjan bagi orang Jawa merupakan salah satu model pakaian adat yang penuh filosofis kehidupan. Surjan merupakan bebusana adat Jawa atau orang bilang busana kejawen penuh dengan piwulang sinandhi,kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa ( Kejawen ).



Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktifitas sehari -hari,baik dalam hubungannya dengan sesama manusia,dengan diri sendiri,maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta segala sesuatu dimuka bumi ini. dan khusus untuk pakaian adat pria ini kurang lebih terdiri dari Blangkon,Surjan/beskap,Keris,Kain Jarik (Kain Samping),sabuk sindur dan canela/cemila/selop.

Penggunaan pakaian adat yang sekarang ini sudah jarang dilakukan atau hanya sekedar dipakai pada saat ada hajatan saja, berakibat pengetahuan tentang tata cara pemakaian pakaian adat menjadi semakin minim. Terlebih lagi kebanyakan dari masyarakat sudah jarang yang memiliki sendiri seperangkat pakaian adat.

Blangkon 



Blangkon adalah tutup kepala yang dibuat  dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa

Sebutan Blangkon berasal dari kata blangko,istilah yang dipakai masyarakat Jawa untuk mengatakan sesuatu yang siap pakai. Dulunya blangkon tidak berbentuk buat dan siap pakai,melainkan sama seperti ikat kepala lainnya yakni melalui proses pengikatan yang cukup rumit. Seiring berjalannya waktu, maka terciptanya inovasi untuk membuat ikat kepala siap pakai yang selanjutnya dijuluki  sebagai blangkon.

Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagian dari pakaian tradisional Jawa. Untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang blangkon yang disebut mondholan. Mondholan ini menandakan model rambut pria masa itu yang seiring mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon.Lilitan rambut itu harus kencang supaya tidak mudah lepas.
Sehingga lilitan rambut panjang yang menjadi mondholan sudah dimodifikasi karena orang sekarang kebanyakan berambut pendek dengan membuat mondholan yang dijahit langsung pada bagian belakang blangkon. Blangkon Surakarta mondholannya trepes atau gepeng sedaang mondholan gaya Yogyakarta berbentuk bulat seperti ondel-ondel.


Surjan 


Surjan /sur.jan/Jw. adalah baju laki-laki khas Jawa berkerah tegak;berlengan panjang,terbuat dari lurik atau cita berkembang Kata surjan merupakan bentuk tembung garba (gabungan dua kata atau lebih, diringkas menjadi dua suku kata saja) yaitu dari kata suraksa-janma (menjadi manusia).Surjan menurut salah satu makalah yang diterbitkan oleh Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta berasal dari istilah siro + jan yang berarti pelita atau yang memberi terang.

Dikatakan (pakaian) surjan berasal dari zaman Mataram Islam awal. Pakaian adat pria ini merupakan pakaian adat model Yogyakarta walaupun konon katannya Surjan merupakan pakaian khas dari kerajaan Mataram sebelum terpecah menjadi dua,Surakarta dan Yogyakarta.Surjan awalnya diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang diinspirasi oleh model pakaian pada waktu itu dan selanjutnya digunakan oleh Mataram.

Pakaian surjan dapat disebut pakaian "takwa" , karena itu di dalam baju surjan terkandung makna -makna filosofi,diantarannya: bagian leher baju surjan memiliki kancing 3 pasang (6 biji kancing) yang kesemuannya itu menggambarkan rukun iman.Rukun iman tersebut adalah iman kepada Allah,iman kepada malaikat,iman kepada kitab-kitab,iman kepada utusan Allah,iman kepada hari kiamat,iman kepada takdir .Selain itu surjan juga memiliki dua buah kancing di bagian dada sebelah kiri dan kanan.Hal itu adalah simbol dua kalimat syahadat yang berbunyi,ashaduallaillahaillalah dan Waashaduanna Muhammada rasullah.Disamping itu surjan memiliki tiga buah kancing didalam (bagian dada dekat perut) yang letaknya tertutup (Tidak kelihatan) dari luar yang menggambarkan tiga macam nafsu manusia yang harus diredam /dikendalikan/ditutu.Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu bahimah (hewani).Nafsu Lauwamah (Nafsu Makan makan dan minum) dan Nafsu Syaitoniah (nafsu setan).(K.R.T.Jatiningrat 2008.Rasukan Taqwa lan Pranakan ing Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat,Yogyakarta ; Terlepas Dwarapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.)
Jadi jenis pakaian atau baju bukan sekedar untuk fashion dan menutupi anggota tubuh supaya tidak kedinginan dan kepanasan serta untuk kepantasan saja,namun didalamnya memang terkandung makna filosofi yang dalam.
Surjan sendiri terdapat dua jenis yaitu surjan lurik dan surjan Ontrokusuma,dikatakan surjan lurik karena motif garis-garis,sedangkan surjan ontrokusuma karena bermotif bunga (kusuma).Jenis dan motif kain yang digunakan untuk membuat surjan tersebut bukan kain polos ataupun kain lurik buatan dalam negeri saja,namun untuk surjan Ontrokusuma tersebut dari kain sutera bermotif hiasan berbagai macam bunga.

Surjan otrokusuma hanya khusus sebagai pakaian para bangsawan Mataram,sedangkan pakaian seragam bagi aparat kerajinan hingga prajurit,surjan seragamnya menggunakan bahan kain lurik dalam negeri,dengan motif lurik (garis-garis lurus).Untuk membedakan jenjang jabatan/kedudukan pemakainya,ditandai atau dibedakan dari besar-kecilnya motif lurik,warna dasar kain lurik dan warna-warni luriknya.Semakin besar luriknya berarti semakin tinggi jabatannya;atau semakin kecil luriknya berarti semakin rendah jabatannya.Demikian pula warna dasar kain dan warna-warni luriknya akan menunjukkan pangkat (derajat/martabat)sesuai gelar kebangsawanannya.

Pemakaian Surjan ini dikombinasikan dengan tutup kepala atau Blangkon dengan "mondolan" di belakangnya.Dahulu pada jaman kerajaan mondolan ini difungsikan untuk menyimpan rambut pria yang panjang biar kelihatan rapi.


Beskap



Beskap merupakan pakaian adat gaya Surakarta,bentuknyanseperti jas didesain sendiri oleh orang Belanda yang berasal dari kata beschaafd yang berarti civilized atau berkebudayaan. Warna yang lazim dari beskap biasanya hitam,walaupun warna lain seperti putih atau coklat juga tidak jarang digunakan. Selain beskap,ada lagi pakaian adat pria gaya Surakarta ini yaitu Atela.Perbedaan antara keduanya yang mudah dilihat dari pemsangan kancing baju.Pada beskap,kancing baju terpasang di kanan dan kiri,sementara pada atela,kancing baju terpasang di tegah dari kerah leher ke bawah.

Beskap adalah sejenis kemeja pria resmi dalam tradisi Jawa Mataram untuk dikenakan pada acara-acara resmi atau penting.Busana atasan ini diperkenalkan pada akhir abad ke-18 oleh kalangan kerajaan-kerajaan di wilayah Vorstenlanden namun kemudian menyebar ke berbagai wilayah pengaruh budayanya.

Beskap berbentuk kemeja tebal,tidak berkerah lipat,biasanya berwarna gelap,namun hampir selalu polos.Bagian depan berbentuk simetris,dengan pola kancing menyamping (tidak tegak lurus).Tergantung jenisnya,terdapat perbedaan potongan pada bagian belakang,untuk mengantisipasi keberadaan keris.Beskap selalu dikombinasikan dengan jarik (kain panjang yang dibebatkan untuk menutupi kaki).

Beskap memiliki beberapa variasi yang berbeda potongannya.Berikut adalah jenis-jenis beskap:beskap gaya Solo, beskap gaya Yogya, beskap landing dan beskap gaya kulon


Cara memakai Surjan atau Beskap

Seperti telah disampaikan di atas bahwa Surjan atau beskap merupakan salah satu busana pria adat Jawa yang bersumber dari keraton Mataram. Cara memakainya harus dilakukan dengan tatacara yang memiliki kaidah etika dan estitika tertentu.Susuhunan Pakubuwono IV,Raja Surakarta telah meningatkan kita dalam berpakaian,yaitu : Nyandhang panganggo iku dadekna sarana hambangun manungso njobo njero,marmane pantesan panganggonira,trapna traping panganggon,cudhukana marang kahananing badanira,wujud lan wernane jumbuhna kalawan dedeg pidegso miwah pakulitaniro


(Berpakaian seharusnya dijadikan saran untuk membangun kepribadian manusia lahir dan bathin. Maksudnya berpantaslah dalam berpakaian: berpakaianlah sesuai tempat dan keadaaan, cocokkan antara badan dengan pakaian yang dikenakan,antara situasi, warna dan model/corak pakaian,tinggi badan,berat badan dan warna kulit)

Perlengkapan busana surjan atau beskap:

.Nyamping/ sinjang
.Stagen 
.Sabuk
.Epek lengkap timang dan lerep (anak timang)
.keris / duwung
.Selop / canela 
.Blangkon /udheng /mit


 "Kain Jarik"


Jarik adalah kain panjang berwarna latar hitam dengan corak batik warna coklat dengan motif batik yang beraneka ragam. Kain sebagai khasanah Batik Tradisional Indonesia seringkali disebut juga jarit. Pada masa lalu nyamping atau jarik yang digunakan biasanya berupa batik tulis, tetapi untuk saat ini rupanya tidak jarang pula dipergunakan batik cap. 

Jarik yang bercorak batik mempunyai maksud bahwa jarik batik adalah kostum yang dipakai para ksatria dalam tradisi budaya Jawa (Pakaian kejawen).Dengan memakai kostum berupa jarik ini diharapkan para pemain mempunyai jiwa ksatria dan berwibawa.

.Memakai Sinjang/Nyamping

Nyamping atau Sinjang sebelum dikenakan haruslah diwiru terlebih dahulu.Untuk nyamping busana pria, lebar wiru berukuran 3 jari tangan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengenakan nyamping adalah motif batik pada kain nyamping tersebut. Jika nyamping memiliki motif ganda,posisi kepala burung haruslah berada diatas. Ada juga motif yang memakai simbol/bentuk seperti candi atau rumah,maka posisi atap haruslah berada diatas. Saat mengenakan nyamping,posisi wiru berada ditengah tubuh memanjang ke bawah. Tangan kanan memegang wiru dan tangan kiri memegang ujung kain satunya (biasa disebut pengasih. Pengasih ini dililitkan ke kanan hingga pas ditengah tubuh.Usahakan bagian bawah tingginya sama dan cukup menutupi bagian kemiri kaki (bagian belang kaki yang menojol). Setelah dirasa cukup sesuai maka nyamping harus diikat oleh stagen.

.Memakai Stagen
stagen dililitkan dari arah kiri ke kanan mulai dari bawah melingkar ke arah atas.Jika stagen milik anda terlalu panjang,anda dapat meneruskan memilitkan stagen kembali ke arah bawah.Jika sudah cukup,ujung stagen ditekuk dan diselipkan pada bagian bahwa lilitan stagen untuk mengunci lilitan tersebut. Selanjutnya untuk menutupi stagen,kenakanla sabuk.

.Memakai Sabuk


Cara memakai sabuk mirip dengan cara mengenakan stagen yaitu dililitkan berulang kali pada bagian bawah dada hingga ke pinggang. Hanya saja sabuk dililitkan dari arah kanan ke kiri mulai dari atas ke arah bawah.Yang perlu diperhatikan pada pemakaian sabuk adalah jarik sap (garis atas yang satu dengan berikutnya kurang lebih 2 jari tangan). Ujung dari sabuk harus berakhir pada bagian kiri depan dan dapat dikunci dengan peniti.

.Memakai Epek / Kamus


Bentuk epek mirip dengan ikat pinggang. Epek memiliki bagian pengunci yang disebut timang dan bagian lerep (anak timang). Cara mengenakan epek yaitu timang berada pada posisi tengah lurus dengan wiru nyamping. Sementara lerep pada posisi sebelah kiri.Jika memiliki epek yang panjang maka bagian ujung dapat dilipat dan dimasukkan ke bagian lerep. Epek harus terpasang pada lilitan sabuk bagian bahwa,kira-kira 2 jari dari garis bawah sabuk.
Warna sabuk  dan epek ada beberapa macam sesuai dengan keperluan.contohnya :
Sabuk berwarna unggu dengan epek berwarna hijau artinya Wredha Ginugah yang dapat membangun suasana tentram.
Sabuk berwarna hijau atau biru dengan epek berwarna warna merah artinya Satriya Mangsa yang dapat membangun jiwa terampil dan berwibawa. 
Sabuk berwarna Sindur (merah bercampur putih) digunakan pada saat hajatan penganten.Warna ini dipakai bagi yang memiliki hajatan (hamengku damel).
Sementara untuk besan tidak ada aturan yang pasti.Hanya saja pada saat jaman penjajah Jepang,pernah ada paguyuban yang  menentukan warna sabuk Pandhan Binethot (warna hijau dan kuning) bagi besan.

.Memakai Keris/Duwung


 Keris atau dawung dikenakan padabagian belakang busana.Keris diselipkan pada sabuk, tepatnya     pada sab ke tiga dari bagian sabuk.Posisi arah dan kemiringan seperti pada foto di sebelah ini.

Untuk jenis keris ada banyak sekali macamnya,hanya saja yang banyak dikenal oleh awam jenis Ladrang dan Gayaman.Dhuwung ladrang adalah keris resmi yang digunakan dalam upacara ataupun pahargyan (upacara penganten).Sementara jenis gayaman digunakan sehari-hari oleh prajurit keraton.

.Memakai Selop/ canela


Selop dikenakan sebagai alas kaki. Yang perlu diperhatikan pada pemakaian selop adalah ukuran dari selop itu.Jangan mengenakan selop yang lebih besar dari ukuran kaki tapi pilihlah selop yang lebih kecil.Ini bertujuan untuk menghindari agar langkah kita tidak terbelit pada kain nyamping.

.Memakai Blangkon/ udeng/Mid

Pada bagian depan blangkon terdapat segita.Ujung segitiga tersebut harus berada ditengah-tengah kening.Blangkon jangan dikenakan terlalu mendongak ataupun menunduk.

Ada satu hal yang perlu diingat saat mengenakan busana adat,yaitu bahwa sepintas orang dapat mengenali kepribadian seseorang dari busanannya baik warnanya maupun jenis busananya, cara memakai dan bertingkah laku saat mengenakannya. 





wa