Showing posts with label Pengrajin Blangkon jogja alusan. Show all posts
Showing posts with label Pengrajin Blangkon jogja alusan. Show all posts

Monday, October 2, 2017

Blangkon, Sebagai Simbol Pertemuan Antara Jagad Gede dan Jagad Alit

1. Blangkon Jogja



Blangkon Yogya mempunyai mondolan, hal ini dikarenakan pada waktu itu, awalnya laki-laki Jogja memelihara rambut panjang kemudian diikat keatas (seperti Patih Gajah Mada) kemudian ikatan rambut disebut gelungan kemudian dibungkus dan diikat, lalu berkembang menjadi blangkon.



Kemudian menjadikan salah satu filosofi masyarakat jawa yang pandai menyimpan rahasia, tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri karena ia akan serapat mungkin dan dalam bertutur kata dan bertingkah laku penuh dengan kiasan dan bahasa halus, sehingga menjadikan mereka selalu berhati-hati tetapi bukan berarti berbasa-basi, akan tetapi sebagai bukti keluhuran budi pekerti orang jawa. Dia pandai menyimpan rahasia dan menutupi aib, dia akan berusaha tersenyum dan tertawa walaupun hatinya menangis, yang ada dalam pikirannya hanyalah bagai mana bisa berbuat yang terbaik demi sesama walaupun mengorbankan dirinya sendiri.





2. Blangkon Solo


                                       


waktu itu lebih dulu mengenal cukur rambut karena pengaruh Belanda, dan karena pengaruh Belanda tersebut mereka mengenal jas yang bernama Beskap yang berasal dari beschaafd yang berarti civilized atau berkebudayaan.
Tidak adanya tonjolan hanya diikatkan jadi satu dengat mengikatkan dua pucuk helai di kanan dan kirinya, yang mengartikan bahwa untuk menyatukan satu tujuan dalam pemikiran yang lurus adalah dua kalimat Syahadat yang harus melekat erat dalam pikiran orang jawa.



Secara keseluruhan penempatan blangkon dikepala merupakan anjuran agar segala pemikiran yang dihasilkan dari kepala tersebut selalu membawa nilai-nilai keislaman. Dalam artian sebebas apapun pemikiran yang dihasilkan oleh otak, agama islam selalu menjadi mainstream. Jadi, segala pemikirannya akan berguna bagi orang banyak, tidak malah menyengsarakan. Juga berguna bagi seluruh alam sebagaimana islam yang rahmatan lil’alamin.




Makna filosofi blangkon yang kedua yaitu blangkon sebagai simbol pertemuan antara jagad alit (mikrokosmos) dengan jagad gede (makrokosmos).




Blangkon merupakan isyarat jagad gede karena nilai-nilai transendentalnya. Sedangkan kepala yang ditumpanginya merupakan isyarat jagad alit. Ini terkait dengan tugas manusia sebagai khalifatullah fi al-ardi yang membutuhkan kekuatan Tuhan. Karena itu, agar manusia mampu melaksanakan tugasnya dibutuhkan kekuatan Tuhan yang disimbolkan dengan blangkon. Setelah manusia mendapat kekuatan tersebut, resmilah ia sebagai khalifatullah fi al-ardi yang tugasnya mengurus alam sesisinya.





Maka tak heran jika zaman dahulu orang-orang Jawa banyak yang memakai blangkon karena mereka sadar bahwa mereka selain sebagai hamba Tuhan juga merupakan khalifah di bumi.

Monday, July 10, 2017

filosofi blangkon Java Ombus



Blangkon iku sajinis panutup sirah kanggowong priyo sing sejatine wujud modern lan praktis soko iket .iket digawe soko kain batik sing rodho dowo banjur dililitake miturut cara-cara lilitan tinentu neng sirah. Lilitan kain iku kudhu isa nutup kabeh sirah (ndhuwur kuping)''

Ya,blangkon adalah salah satu bagian dari pakaian adat khas jawa yang digunakan untuk penutup kepala bagi para pria sebagai pelindung dari sengatan matahari atau udara dingin.awalnya terbat dari kain iket atau udeng berbentuk persergi empat bujur sangkar,berukuran kurang kurang lebih 105 cm x 105 cm. kain yang kemudian dilipat dua menjadi segitiga dan kemudian dililitkan dikepala dengan cara dan aturan tertentu.mengenakan iket dengan segala aturannya ternyata tidak mudah dan memakan waktu,maka timbullah gagasan seirng dengan kemajuan pemikiran orang dan seni untuk membuat penutup kepala yang lebih praktis,yang kemudian kita kenal dengan nama blangkon.
Tidak ada catatan sejarah yang pasti akan asal muasal orang jawa memakai iket sebagai penutup kepala.iket telah tersebut dalam legenda Aji Saka,pencipta tahun saka atau tahun jawa,sekitar 20 abad yang lalu dimana aji saka berhasil mengalahkan dewata cengkar hanya dengan menggelar kain penutup kepala yang kemudian dapat menutuoi seluruh tanah jawa.selain itu,ada cerita-cerita bahwa iket adalah pengaruh budaya hindu dan islam.para pedagang dari gujarat yang keturunan arab selalu mengenakan sorban,kain panjang yang dililitkan dikepala,yang kemudian menginspirasi orang jawa memakai ikat kepala seperti mereka.cerita lain mengatakan, di satu waktu akibat peperangan kain menjadi barang yang sulit di dapat sehingga petinggi keraton meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yang lebih efisien yaitu blangkon.
seorang ahli kebudayaan bernama Becker yang meneliti tata cara pembuatan blangkon mengatakan,"that an object is useful,that it required virtuoso skill to make-neither of these precludes it from also thought beatiful.some craft generate from within their own tradition a feeling for beauty and with it appropriete aesthetic standars and common of taste".Pada jaman dahulu,blangkon memang hanya dibuat oleh para seniman yang ahli dengan pakem(aturan)tentang iket.Semakinmemenuhi pakem yang diterapkan,maka blangkon tersebut akan semakin tinggi nilainya.

Bagi orang jawa,kepala,rambut,dan wajah adalah mahkota,bagian yang terpenting dan terhormat dari tubuh manusia,yang harus selalu dilindungi dan diperhatikan.Kebanyakan orang jawa dahulu memanjangkan rambutnya tapi tidak membiarkannya tergerai acak-acakan.Rambut biasanya digelung atau diikat dengan ikatan kain,yang saat ujung ikatan kain tersebut diikat dibelakang kepala bermakna filosofisberupa peringatan untuk mampu mengendalikan diri.Pria jawa jaman dahulu hanya membiarkan rambutnya tergerai hanya saat berada dirumah atau dalam sebuah konflik,misal perang atau berkelahi.Membuka ujung ikatan kain di belakang kepala (atau membuka tutup kepala)yang berakibat tergerainya rambut adalah bentuk terakhir luapan emosi yang tak tertahan.Jadi iket atau blangkon adalah perwujudan pengendalian diri.

Saat agama islam masuk ke tanah jawa,blangkon dikaitkan dengan nilai transedental.dibagian belakang blangkon pasti ada 2 ujung kain yabg terikat,yang satu ujung kain merupakan simbol dari syahadat tauhid dan satu ujung lain adalah syahadat rasul dan terikat menjadi satu bermakna menjadi syahadatain.setelah terikat,kemudian dipakai dikepala,dibagian yang bagi orang jawa adalah bagian terhormat.artinya syahadat harus ditempatkan paling atas.pemikiran apapun yang keluar dari kepala harus dilingkupi oleh sendi-sendi islam.
Pada perkembangannya kemudian,blangkon yang awalnya menjadi pelindung kepala yang mempunyai nilai filosofis tinggi kemudian menjadi sebuah simbol atau identitas kelompok serta status sosial dari masyarakat penggunanya.Hal ini ditandai dengan adanya wiron,jabehan,cepet,waton,kuncungan,corak dan ragam hiasnya.Tetapi apapun itu,sebagai orang jawa tulen,bilaanda tidak mampu mengendalikan emosi dan nafsu maka anda tidak berhak mengenakan iket blangkon dikepala!!

Secara umum,ada dua jenis blangkon,yaitu mempunyai mondholan(tonjolan)dan yang tepes(rata).Pada awal iket dipergunakan sebagai tutup kepala,banyak pria jawa yang berambut panjang sehingga harus digelung terlebih dahulu sebelum ditutup dengan iket.Gelung rambut inilah yang kemudian mondol,menonjol,dan disembunyikan dibawah iket.Rambut dalam nilai filosofi orang jawa yang sudah disebutkan diatas adalah representai perasaan.Rambut dibawah iket adalah perasaan yang disembunyikan,yang harus dijaga rapat-rapat,menjaga perasaan sendiri demi menjaga perasaan orang lain.

Sebagai bagian dari taktik devide et impera ,VOC menengahi dan memanfaatkan konflik internal kerajaan Mataram.Setelah ditandatangani perjanjian Gianti(1755)Kesultanan Mataram terbagi menjadi dua yaitu Yogyakarta dan Surakarta.Masyarakat dikeduea daerah ini kemudian tumbuh dengan caranya sendiri-sendiri.Salah satunya adalah pria Jogya masih berambut panjang dan menggelung rambutnya,sementara pria Surakarta karena lebih dekat dengan orang-orang belanda terlebih dahulu mengenal cara bercukur.Walaupun kemudian orang mulai banyak berambut pendek dan menggunakan blangkon(tidak lagi iket),untuk sebuah pembedaan maka dibuatlah mondholan yang dijahit langsung pada blangkon dari Jogya.Itu mengapa blangkon dengan mondholan dapat ditemukan di Jogya,sementara yang trepes ditemuka di Solo.

Sebenarnya ada banyak varian dari blangkon,yaitu:

1. Kejawen(meliputi daerah banyumas, bagelen, yogyakarta, surakarta, madiun, kediri,
    malang) dapat dibedakan lagi sekurang-kurangnya dua gaya,yakniSolo dan Yogyakarta 
    a. Gaya Solo,dapat dibedakan lagi dengan gaya utara dan selatan.
    b. Gaya Yogya,dapat dibedakan jenis lagi menurut wironnya,yakni mataraman dan iket                krepyak.

2. Pasundan.tidak selalu diartikan secara geografis,misalnya Banten dan Cirebon masuk               kelompok pesisiran.Blangkon atau bendo pasundan banyak persamaannya dengan gaya             Solo,namun dapat dibedakan melalui beberapa bentuk seperti : barang bangsempla,                   sumedangan,  wirahnasari dan lain-lain.

3. Pesisiran.adalah daerah-daerah yang berlokasi di pantai utara pulau jawa dimana corak           budayanya berbeda(penerapan motif batik)dengan daerah pedalaman.

4. lain-lain. disamping yang tidak disebutkan diatas masih terdapat corak atau gaya lain                dipulau jawa seperti layaran(jawa timur, dari bangkalan), tengkulak (banten,cirebon,                demak) dipakai oleh santri dan lai-lain.
   Jadi Blangkon adalah sebuah representasi diri melalui tampilan depan yang rapi,sopan      dan berseni(ditandai dengan wiru halus)dari sebuah pengendalian diri yang kat(ikatan              dua ujung kain dibagian belakang),pengendalian diri yang juga berbasis atas hubungan              manusia dengan sang pencipta.


Saturday, July 8, 2017

blangkon dan filosofi Versi Bahasa Jawa

"Blangkon iku sajinis penutup sirah kanggo wong priyo sing sejatine wujud modern lan praktis soko iket.Iket digawe soko kain batik sing rodho dowo banjur dililitake miturut cara-cara lilitan tinentu neng sirah.Lilitan kain iku kudhu isa nutup kabeh sirah (ndhuwur kuping)".




Ya, Blangkon adalah salah satu bagian dari pakaian adat khas jawa yang digunakan untuk penutup kepala bagi para pria sebagai pelindung dari sengatan matahari atau udara dingin.Awalnya terbuat dari kain iket atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar, berukuran kurang lebih 105 cm x 105 cm.Kain yang kemudian dilipat dua menjadi segitiga dan kemudian dililitkan dikepala dengan cara dan aturan tertentu.Mengenakan iket dengan segala aturannya ternyata tidak mudah dan memakan waktu,maka timbullah gagasan seiring dengan kemajuan pemikiran orang dan seni untuk membuat penutup kepala yang lebih praktis, yang kemudian kita kenal dengan nama blangkon.

Tidak ada catatan sejarah yang pasti akn asa muasal orang jawa memakai iket sebagai penutup kepala.Iket telah tersebut dalam legenda Aji Saka.pencipta tahun Saka atau tahun jawa,sekitar 20 abad yang lalu dimana Aji Saka berhasil mengalahkan DewataCengkar hanya dengan menggelar kain penutup kepala yang kemudian dapat menutupi seluruh tanah jawa.Selain itu, ada cerita-cerita bahwa iket adalah pengaruh budaya hindu dan islam.Para pedagang dari gujarat yang keturunan arab selalu mengenakan sorban,kain panjang yang dililitkan dikepala,yang kemudian menginspirasi orang jawa memakai ikat kepala seperti mereka.Cerita lain mengatakan,disatu waktu akibat peperangan kain menjadi barang yang sulit di dapat sehingga petinggi keraton meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yang lebih efisien yaitu blangkon.

Seorang ahli kebudayaan bernama becker yang meneliti tata cara pembuatan blangkon mengatakan,"That an object is useful,that an object is useful,that it required virtuoso skill to make-neither of these precludes it from also thought beatiful .some craft generate from within their own tradition a feeling for beauty and with it appropriete aesthetic standards and common of taste". Pada jaman dahulu,blangkon memang hanya dibuat oleh para seniman yang ahli dengan pakem(aturan) tentang iket.semakin memenuhi pakem yang ditetapkan,maka blangkon tersebut akan semakin tinggi nilainya.

Bagi orang jawa,kepala,rambut dan wajah adalah mahkota,bagian yang terpenting dan terhormat dari tubuh manusia,yang harus  selalu dilindungi dan diperhatikan.kebanyakan orang jawa dahulu memanjangkan rambutnya tapi tidak membiarkanya tergerai acak-acakan.Rambut biasanya digelung atau diikat dengan ikatan kain,yang saat ujung ikatan tersebut diikat dibelakang kepala bermakna filosofis berupa peringatan untuk mampu mengendalikan diri.Pria jawa jaman dahulu hanya membiarkan rambutnya tergerai hanya saat berada dirumah atau dalam sebuah sebuah konflik,misal perang atau berkelahi.Membuka ujung ikatan kain di belakang kepala (atau membuka tutup kepala) yang berakibat tergerainya rambut adalah bentuk terakhir luapanemosi yang tak tertahan. Jadi iket atau blangkon adalah perwujudan pengendalian diri.
Saat agama islam masuk ke tanah jawa,blangkon dikaitkan dengan nilai transedental.Dibagian belakang blangkon pasti ada 2 ujung kain yang terikat,yang satu ujung kain merupakan simbol dari syahadat tauhid dan satu ujung lain adalah syahadat rasul dan terikat menjadi satu bermakna menjadi syahadatain.setelah terikat,kemudian dipakai dikepala,dibagian yang bagi orang jawa adalah bagian terhormat,artinya syahadat harus ditempatkan paling atas.pemikiran apapun yang keluar dari kepala harus dilingkupi oleh sendi-sendi islam.

Pada perkembangannya kemudian,blangkon yang awalnya menjadi pelindung kepala yang mempunyai nilai filosofis tinggi kemudian menjadi sebuah simbol atau identitas kelompok serta status sosial dari masyarakat penggunanya.Hal ini ditandai dengan adanya wiron,jabehan,cepet,waton,kuncungan,corak dan ragam hiasnya.Tetapi apapun itu,sebagai orang jawa tulen,bila anda tidak mampu mengendalikan emosi dan nafsu maka anda tidak berhak mengenakan iket blangkon dikepala!!

Secara umum,ada dua jenis blangkon,yaitu yang mempunyai mondholan(tonjolan)dan yang trepes(rata). Pada awal iket dipergunakan sebagai tutup kepala,banyak pria jawa yang berambut panjang sehingga harus digelung terlebih dahulu sebelum ditutup dengan iket.Gelung rambut ini lah yang kemudian mondol,menonjol,dan disembunyikan dibawah iket.Rambut dalam nilai filosofi orang jawa yang sudah disebutkan diatas adalah representasi perasaa.Rambut dibawah iket adalah perasaan yang disembunyikan, yang harus dijaga rapat-rapat,menjaga perasaan sendiri demi menjaga perasaan orang lain.


Cara Mencari Ukuran Blangkon


Sebagai bagian dari taktik devide et impera, VOC menengahi dan memanfaatkan konflik internal kerajaan Mataram.Setelah ditandatanganinya perjanjian Gianti (1755) Kesultanan Mataram terbagi menjadi dua yaitu Yogyakarta dan Surakarta.Masyarakat di kedua daerah ini kemudian tumbuh dengan caranya sendiri-sendiri.Salah satunya adalah pria jogya masih berambut panjang dan menggelung rambutnya,sementara pria Surakarta karena lebih dekat dengan orang-orang Belanda terlebih dahulu mengenal cara bercukur.Walaupun kemudian orang mulai banyak berambut pendek dan menggunakan blangkon (tidak lagi iket),untuk sebuah pembedaan maka dibuatlah mondholan yang dijahit langsung pada blangkon dari jogya.Itu mengapa blangkon dengan mondholan dapat ditemukan di jogya, sementara yang trepes ditemukan di solo.
Sebenarnya ada banyak varian dari blangkon, yaitu :

1.Kejawen (meliputi daerah Banyumas, Bagelen, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Kediri, Malang), dapat dibedakan lagi sekuran- kurangnya dua gaya,yakni Solo dan Yogyakarta.

a. Gaya Solo,dapat dibedakan lagi dengan gaya utara dan selatan.
b. Gaya Yogya,dapat dibedakan jenis lagi menurut wironnya, yakni mataraman dan iket krepyak.

2. Pasundan. tidak selalu diartikan secara geografis, misalnya Banten dan Cirebon masuk kelompok pesisiran.Blangkon atau bendo pasundan banyak persamaannya dengan gaya Solo, namun dapat dibedakan melalui beberapa bentuk seperti: barang bangsemplak, sumedangan, wirahnasari dan lain-lain.

3. Pesisiran.adalah daerah-daerah yang berlokasi di pantai utara Pulau Jawa dimana corak budayanya berbeda (penerapan motif batik)dengan daerah pedalaman.

4. Lain-lain.Disamoing yang tidak disebutkan diatas masih terdapat corak atau gaya lain dipulau Jawa seperti layaran(jawa timur,dari bangkalan), tengkulak (banten, cirebin, demak) dipakai oleh santri dan lain-lain.

Jadi blangkon adalah sebuah representasi diri melalui tampilan depan yang ra[i, sopan dan serseni (ditandai dengan wiru halus)dari sebuah pengendalian diri yang kuat(ikatan dua ujung kain dibagian belakang),pengendalian diri yang juga berbasis atas hubungan manusia dengan sang pencipta.


Tuesday, June 30, 2015

CARA MENCARI UKURAN BLANGKON


Cara Mencari Ukuran :
1. Dengan mengukur lingkar Kepala ada berapa cm, hasilnya  
    di tambah 0,5 cm atau 1 cm untuk speleng biar agak longgar.
    contoh : lingkar kepala 55 cm (55 cm + 0,5 cm = 55,5 cm  
                   sama dengan No. 5,5)
2. Melihat Ukuran atau nomor Peci/songkok.
3. Datang langsung ke Toko Java Ombus.

Buka Video di bawah ini : 











Rumah/Toko :
Tegal Cerme RT. 08, Baturetno, Banguntapan, Bantul

 Contoh Motif dan Harga Terbaru 

(Harga sewaktu-waktu bisa berubah tanpa pemberitahuan)
Pemesanan :
Telp/sms/WA. 081804210607
Telp/sms. 082133775521
Rumah/Toko : 0274 4435745.

Pin BB.5d266293


No Rekening Bank.

297289999 an. TRI Yanto
3008 01 015825 533 an. TRI Yanto
900 00 2535594 3 an. TRI Yanto

4451237190 an Eni Sulistyowati

Paket Pengiriman Barang : 







Wednesday, December 12, 2012

Ciri khas Blangkon jogja





# SUGENG RAWUH #

CV. Java Ombus.

Alamat : Tegal Cerme, RT. 08, Baturetno, Banguntapan, Bantul. Yogyakarta. 55197.
Cp. 081804210607/082133775521.
Rumah/Toko : 0274 4435745.







Blangkon Jogja dengan mondolan dibelakang merupakan ciri khan blangkon jogja. Blangkon merupakan salah satu pakaian tradisional jawa khususnya joga dengan ciri khas ada mondolanya dibelakang sebagai penutup kepala pada bagian rambut dikepala. Kita tau  bahwa Blangkon banyak modelnya tapi untuk cirikhas jogja ada mondolanya dibelakang, jelas berbeda dengan blangkon model Solo atau daerah lain.
Mondolan dibelang merupakan ciri khas blangkon jogja dan semua orang pun sudah mengetahui blangkon yang debelakang ada mondolanya adalah blangkon model jogjakarta.




 BUSANA AMONG TAMU 
# SURJAN KEMBANGAN #

 MENERIMA PESANAN SURJAN dan PEMBUATAN SURJAN MOTIF KEMBANG
 

















# Harga Surjan Motif Kembang  : 
Surjan Motif Kembangan dengan kreteria bahan dan jahitan Alus harga mulai Rp.130.000,-  sampai Rp. 170.000,- tergantung Kwalitas kain.

#  Pembuatan Surjan Motif Kembang :
  • Untuk pembuatan Surjan Ukuran M                   =  2          meter
  • Untuk pembuatan Surjan Ukuran L                    =  2,25     meter
  • Untuk pembuatan Surjan Ukuran XL                 =  2,50     meter
  • Untuk pembuatan Surjan Ukuran XXL              =  2,75     meter
  • Untuk pembuatan Surjan Ukuran XXXL           =  3          meter
(lebar kain untuk semua ukuran 110 cm)
# Ongkos jahitan Surjan Alusan perbiji mulai Rp. 55.000,-        dengan kreteria jahitan : 
     - Jahitan Alus dan Rapi.
     - Tanpa Furing.
     - Ukuran S-M-L-XL dan XXL.

 # Ongkos jahitan Surjan Alusan ongkos Rp. 65.000,- dengan  
    kreteria jahitan : 
    - Jahitan Alus dan Rapi.
    - Tanpa Furing.
    - Ukur Badan.
    - Area Jogja bisa COD. (min 10 orang)

# Ongkos jahitan Surjan Alusan Rp. 75.000,- dengan kreteria 
   jahitan : 
   - Jahitan Alus dan Rapi.
   - Furing kain asahi.
   - Ukur Badan.
   - Area Jogja bisa COD. (min 10 orang)


# Ongkos jahitan Surjan Alusan Rp. 85.000,- dengan kreteria 
   jahitan : 
   - Jahitan Alus dan Rapi.
   - Furing kain Katun.
   - Ukur Badan.
   - Area Jogja bisa COD. (min 10 orang)
(Harga sewaktu-waktu bisa berubah tanpa pemberitahuan)
Pemesanan :
Telp/sms/WA. 081804210607
Telp/sms. 082133775521
Rumah/Toko : 0274 4435745.

Pin BB.5d266293


No Rekening Bank.

297289999 an. TRI Yanto
3008 01 015825 533 an. TRI Yanto
900 00 2535594 3 an. TRI Yanto

4451237190 an Eni Sulistyowati

Paket Pengiriman Barang : 






wa